Kuah beulangong ini berbahan dasar daging lembu atau kambing yang dimasak bersama nangka atau pisang kepok. Di sebut kuah beulangong karena dimasak dalam panci hitam berukuran besar. Untuk sekali acara kenduri Nuzulul Quran, ada lebih dari lima beulangong yang disediakan. peringatan Nuzulul Quran ini merupakan acara rutin tahunan setiap ramadhan.
Setiap keluarga di Gampong bisa mendapat jatah kuah beulangong dengan membayar kupon sebesar lebih kurang Rp 100.000. Kupon tersebut harus dibawa saat pengambilan kuah beulangong di masjid. Tidak ada takaran khusus untuk setiap porsi. Biasanya warga mengambil jatah kuah beulangongnya dengan baskom atau panci berukuran sedang. Jadi, setiap keluarga dapat ikut merasakan kuah beulangong meski tidak berbuka di masjid.
Tidak hanya bicara soal kuliner. Hal lain yang menjadi tradisi saat memperingati Nuzulul Quran adalah buka puasa bersama di masjid atau meunasah setempat dengan mengundang tamu dari beberapa gampong tetangga. Biasanya yang berbuka puasa di masjid atau meunasah hanyalah kaum adam, baik orang tua maupun anak muda.
Mushalla Al Hidayah Dusun Teratai biasanya memperingatan Nuzulul Quran dilanjutkan dengan ceramah 1 jam sebelum acara buka puasa bersama . Setelah berbuka puasa, masjid atau meunasah melakukan kegiatan seperti biasa yaitu shalat maghrib, isya, dan tarawih. Setiap tahunnya, Mushalla Al Hidayah menghadirkan penceramah yang berbeda-beda, bahkan dari luar kota. Sesi siraman rohani ini salah satu agenda yang ditunggu-tunggu. Saat ceramah berlangsung, banyak warga gampong yang memenuhi halaman masjid bahkan tumpah ruah hingga ke jalan.
0 comments:
Post a Comment